A. Alkil halida
Alkil halida adalah turunan hidrokarbon di mana
satu atau lebih hidrogennya diganti dengan halogen. Tiap-tiap hidrogen dalam
hidrokarbon potensil digantikan dengan halogen, bahkan ada senyawa hidrokarbon
yang semua hidrogennya dapat diganti. Senyawa terfluorinasi sempurna yang
dikenal sebagai fluorokarbon, cukup menarik karena kestabilannya pada suhu
tinggi. Perlu dicatat bahwa halogen adalah atom-atom berelektrogenatif tinggi dan
hanya kekurangan satu elektron untuk mencapai konfigurai gas mulia. Oleh itu
halogen dapat membentuk ikatan kovalen tunggal atau ionik yang stabil.
B. Reaksi Substitusi
Dalam kimia organik dikenal bermacam-macam reaksi,
salah satu reaksinya adalah reaksi substitusi. Serupa sebutannya, reaksi ini
merupakan reaksi pergantian antara unsur/gugus pada senyawa/molekul organik
dengan unsur/gugus pada senyawa/molekul yang lain, mirip-mirip dengan
pergantian pemain utama dan cadangan dalam sepak bola (misalnya). Unsur/gugus
pengganti dalam reaksi substitusi dikenal sebagai gugus datang sementara unsur/gugus yang
tergantikan dikenal sebagai gugus pergi. Lebih jauh lagi,
reaksi substitusi selanjutnya digolongkan kedalam dua golongan yang
“disebut-sebut” sebagai reaksi SN1 dan SN2.
C. Substitusi Nukleofilik
Suatu nukleofil (Z) menyerang alkil halida pada atom karbon hibrida-sp3 yang
mengikat halogen (X), menyebabkan terusirnya halogen oleh nukleofil. Halogen
yang terusir disebut gugus pergi. Nukleofil harus mengandung
pasangan elektron yang tadinya sebagai elektron ikatan. Ada dua persamaan umum yang dapat dituliskan:
Contoh masing-masing reaksi adalah:
D. Reaksi SN2
Reaksi SN2 (bimolekular) adalah reaksi yang
melibatkan dua gugus sekaligus selama proses substitusi berlansung.
Artinya reaksi akan sangat dipengaruhi oleh kekuatan masing-masing gugus baik
gugus datang maupun gugus pergi. Jika gugus yang datang merupakan pendonor
elektron yang lebih baik dari gugus yang akan pergi, maka reaksi substitusi
akan berlansung dengan mudah, sebaliknya jika gugus pergi cenderung lebih baik
dari gugus datang maka reaksi akan cenderung lambat bahkan tidak berlansung
sama sekali
Mekanisme SN2
Mekanisme SN2 adalah proses satu tahap yang
dapat digambarkan sebagai berikut:
Nukleofil menyerang dari belakang ikatan C—X.
Pada keadaan transisi, nukleofil dan gugus pergi berasosiasi dengan karbon di
mana substitusi akan terjadi. Pada saat gugus pergi terlepas dengan membawa
pasangan electron, nukleofil memberikan pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan
elektron dengan karbon. Notasi 2 menyatakan bahwa reaksi adalah bimolekuler,
yaitu nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi
dalam mekanisme reaksi.
Ciri – Ciri reaksi
Adapun ciri reaksi SN2 adalah:
1. Karena nukleofil dan substrat terlibat
dalam langkah penentu kecepatan reaksi, maka kecepatan reaki tergantung pada
konsentrasi kedua spesies tersebut.
2. Reaksi terjadi dengan pembalikan
(inversi) konfigurasi. Misalnya jika kita mereaksikan (R)-2-bromobutana dengan natrium hidrosida, akan
diperoleh (S)-2-butanol.
E. Reaksi SN1
Reaksi SN1 adalah
sebuah reaksi
substitusi dalam kimia organik. SN1 adalah singkatan dari substitusi
nukleofili dan "1" memiliki arti
bahwa tahap
penetapan laju reaksi ini adalah reaksi molekul tunggal. Reaksi ini melibatkan
sebuah zat antara karbokation dan umumnya terjadi pada
reaksi alkil
halida sekunder ataupun tersier, atau dalam keadaan asam yang
kuat, alkohol sekunder dan tersier. Dengan alkil
halida primer, reaksi alternatif SN2 terjadi.
Dalam kimia anorganik, SN1 dirujuk sebagai mekanisme disosiatif. mekanisme
reaksi ini pertama kali diajukan oleh Christopher
Ingold, dkk. pada tahun 1940.
Mekanisme reaksi
Reaksi SN1 antara molekul A dan
nukleofil B memiliki tiga tahapan:
1.Pembentukan sebuah karbokation dari A dengan
pemisahan gugus
lepas dari karbon; tahap ini berjalan dengan lambat dan reversibel.
2.Serangan nukleofilik: B bereaksi
dengan A. Jika nukleofil tersebut adalah molekul netral (contoh:
pelarut), tahap ketiga diperlukan agar reaksi ini selesai. Jika pelarutnya
adalah air, maka zat antaranya adalah ion
oksonium.
3.Deprotonasi: Penyingkiran proton pada
nukleofil yang terprotonasi oleh
ion ataupun molekul di sekitar.
Ciri - Ciri reaksi
Berikut ini adalah ciri-ciri suatu reaksi yang
berjalan melalui mekanisme SN1:
1.Kecepatan
reaksinya tidak tergantung pada konsentrasi nukleofil. Tahap penentu kecepatan
reaksi adalah tahap pertama di mana nukleofil tidak terlibat.
2.Jika karbon
pembawa gugus pergi adalah bersifat kiral, reaksi menyebabkan hilangnya
aktivitas optik karena terjadi rasemik. Pada ion karbonium, hanya ada tiga
gugus yang terikat pada karbon positif. Karena itu, karbon positif mempunyai
hibridisasi sp2 dan berbentuk planar.
Jadi nukleofil mempunyai dua arah penyerangan, yaitu dari depan dan dari
belakang. Dan kesempatan ini masing-masing mempunyai peluang 50 %. Jadi
hasilnya adalah rasemit. Misalnya, reaksi (S)-3-metilheksana dengan
air menghasilkan alcohol rasemik. Spesies antaranya (intermediate spesies)
adalah ion karbonium dengan geometric planar sehingga air mempunyai peluang
menyerang dari dua sisi (depan dan belakang) dengan peluang yang sama
menghasilkan adalah campuran rasemik.
F. Perbandingan
Mekanisme SN1 dan SN2
Tabel berikut memuat ringkasan mengenai
mekanisme substitusi dan mebandingkannya dengan keadaan-keadaan lain, seperti
keadan pelarut dan struktur nukleofil. Perlu diperhatikan bahwa halida primer
selalu bereaksi melalui mekanisme SN2, sedangkan halida tersier melalui mekanisme
SN1. Pada halida sekunder, terdapat dua kemungkinan.
Tabel
Perbandingan reaksi SN2 dengan SN1
SN2
|
SN1
|
|
Struktur
halida
Primer atau
CH3
Sekunder
Tersier
|
Terjadi
kadang-kadang
tidak
|
tidak
kadang-kadang
terjadi
|
Stereokimia
|
pembalikan
|
rasemisasi
|
Nukleofil
|
kecepatan
reaksi
tergantung
pada
konsentrasi
nukleofil,
meknaisme
memilih
nukleofil
anion
|
kecepatan
reaksi tidak
bergantung
pada
konsentrasi
nukleofil,
mekanisme
memilih
nukleofil
netral
|
Pelarut
|
kecepatan
reaksi sedikit
dipengaruhi
kepolaran
pelarut
|
kecepatan
reaksi sangat
dipengaruhi
kepolaran
pelarut
|
Permasalahan
1. pada uraian diatas di jelaskan bahwa "Suatu nukleofil (Z) menyerang alkil halida pada atom karbon hibrida-sp3 yang
mengikat halogen (X), menyebabkan terusirnya halogen oleh nukleofil" mengapa hal itu bisa terjadi dan apakah yang dapat menyebabkan terusirnya halogen oleh nukleofilik?
2. pada penjelasan diatas di jelaskan bahwa "Notasi 2 menyatakan bahwa reaksi adalah bimolekuler,
yaitu nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi
dalam mekanisme reaksi" bagaimana proses nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi
dalam mekanisme reaksi?
3. "reaksi akan sangat dipengaruhi oleh kekuatan masing-masing gugus baik
gugus datang maupun gugus pergi. Jika gugus yang datang merupakan pendonor
elektron yang lebih baik dari gugus yang akan pergi, maka reaksi substitusi
akan berlansung dengan mudah, sebaliknya jika gugus pergi cenderung lebih baik
dari gugus datang maka reaksi akan cenderung lambat bahkan tidak berlansung
sama sekali" bagaimana cara kita mengetahui bahwa suatu reaksi tersebut gugus pergi cenderung lebih baik
dari gugus datang?
baiklah, saya akan mencoba menjawab pertanyaan yang pertama yaitu, apa yang menyebabkan terusirnya halogen oleh nukleofilik ? baiklah terlebih dahulu kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan nukleofilik pada dasarnya yang dimaksud dengan nukleofilik adalah spesies (atom / ion/ molekul) yang kaya elektron, sehingga dia tidak suka akan elektron tetapi suka akan nukleus (inti yang kekurangan elektron). sementara apa yang menyebabkan terusirnya halogen oleh nukleofilik ? pada dasarnya Alkil Halida merupakan turunan hidrokarbon dimana satu atau lebih hidrogennya diganti dengan halogen. Pada dasarnya tiap-tiap hydrogen dalam hidrokarbon berpotensi untuk digantikan dengan halogen, bahkan ada senyawa hydrocarbon yang semua hidrogennya digantikan dengan halogen. Perlu pula dicatat bahwa halogen adalah lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga ikatan C-X bersifat polar di mana karbon mengemban muatan posisif partial (δ+) dan halogen muatan negatif partial (δ-). Suatu nukleofil (Z:) menyerang alkil halida pada atom karbon hibrida-sp3 yang mengikat halogen (X), menyebabkan terusirnya halogen oleh nukleofil. Halogen yang terusir disebut gugus pergi.
BalasHapusNukleofil harus mengandung pasangan elektron bebas yang digunakan untuk membentuk ikatan baru dengan karbon. Hal ini memungkinkan gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron yang tadinya sebagai elektron ikatan. sekian dan terima kasih, semoga dapat membantu :)
saya akan menjawab pertanyaan ke-3
BalasHapusGugus pergi adalah suatu basa yang lemah jika di bandingkan dengan nukleofil. Sedangkan nukleofil harus memiliki pasangan elektron bebas yg akan digunakan untuk berikatan dengan karbon menggantikan gugus pergi. Gugus pergi adalah substituen yang terlepas dari substrat, yang berarti atom atau gugus apa saja yang di geser dari ikatannya dengan atom karbon. Substrat ini bermuatan netral atau positif. Sedangkan nukleofil bermuatan netral atau negatif.Ion atau molekul yang merupakan basa yang sangat lemah. Seperti I-, Cr-, dan Br- merupakan gugus pergi yang baik. Karena mudah di lepaskan ikatannya dari atom C substrat. Sedangkan nukleofil yang baik adalah nukleofil yang bersifat basa kuat.
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan ke-2
BalasHapusMeknismenya seperti ini:
Nukleofil menyerang dari belakang ikatan C-X. Pada keadaan transisi, nukleofil dan gugus pergi berasosiasi dengan karbon di mana substitusi akan terjadi. Pada saat gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, nukleofil memberikan pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan elektron dengan karbon. Notasi 2 menyatakan bahwa reaksi adalah bimolekuler, yaitu nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi dalam mekanisme reaksi. Mekanisme reaksi SN2 hanya terjadi pada alkil halida primer dan sekunder. Nukleofil yang menyerang adalah jenis nukleofil kuat seperti -OH, -CN, CH3O-. Serangan dilakukan dari belakang.